Jumat, 20 Desember 2013
Sabtu, 14 Desember 2013
Menahan diri
Tolong ingatkan lagi bahwa kamu ada di sini,
bahwa saya tidak sendiri.
Sabtu, 07 Desember 2013
Bicara
Jumat, 06 Desember 2013
Wahai mata
Mata saya ingin sekali bertemu teman yang sebangsa.
Saya ingin sekali bertemu orang yang semata.
Rabu, 04 Desember 2013
Senin, 02 Desember 2013
Rabu, 27 November 2013
hati, organ ekskresi.
bukan sekali dua kali. saking banyaknya hal yang harus dilakukan, saya malah memilih duduk manis di depan lepi sambil mengetik hal-hal yang tidak perlu sama sekali. saya adalah penulis yang paling egois sedunia, saya cuma mau nulis tanpa repot-repot baca. hina.
dan kamu, kamu yang sedang membaca tulisan ini, kamu tidak perlu repot-repot. saya yakin masih banyak hal yang lebih penting yang harus kamu lakukan. pergi.
seorang teman menginap di kosan malam ini, setelah tadi saya mohon-mohon demi tidak pulang sendirian. tapi tetap saja sepi. dia sibuk dengan tablet saya, dan saya pakai lepi untuk menulis di blog ini. saya mau bilang, saya jatuh cinta. sudah itu saja. karena saya masih belum tahu jelas apa yang sebenarnya saya rasa. mungkin cuma suka-suka biasa, biasa, seperti biasanya. selepas kejadian itu, saya masih ragu apa saya bisa betul-betul nitip hati lagi atau tidak. malah kadang saya heran apa saya masih punya hati. mungkin definisi hati yang saya punya itu sekedar hati organ ekskresi, berhenti sampai di situ. bukan hal-hal lain yang tidak bisa diartikan secara harfiah.
saya tidak mau bicara macam-macam karena tidak mau nanti ketulahan. tapi ya memang seperti itu adanya. sempat saya tergila-gila dengan lagu Dee yang Curhat Buat Sahabat. intinya si perempuan dalam lagu itu akhirnya memilih untuk diam, sekedar menunggu orang biasa yang datang, bukan mengejar apa yang belum tentu bisa ia sentuh meski seujung jarinya saja. saya selalu ingin jadi perempuan itu. yang sadar akan apa yang ia punya, dan bersyukur karenanya. tapi entah setan macam apa yang rajin bertengger di hati ini, di organ ekskresi ini. saya berkata bahwa saya cuma ingin diam dan duduk di tempat saja, menunggu orang lain datang. namun malah tak pernah sekalipun saya biarkan orang lain itu mendatangi saya. selalu ada alasan. selalu ada hal yang membuat saya merasa kami tidak cocok satu sama lain atau hal-hal busuk lainnya.
saya harap kamu tidak mengecap saya orang naif kalo saya bilang saya cuma ingin penjaga. saya tidak mau apa-apa lagi selain itu. setidaknya untuk saat ini. saya bukan peramal yang bisa tau siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama, kamu juga bukan. jadi tidak perlu kamu repot-repot ambil kesimpulan.
dosen pernah bilang, penulis tidak harus mengerti apa isi tulisannya. tugas pembaca untuk memahami isi tulisan. saya tidak perlu tau apa maksud dan tujuan saya menulis ini, itu tugas kamu. tugas pembaca. anggap saja kamu dokter, dan saya pasiennya.
organ ekskresi saya sakit.
Senin, 04 November 2013
Beda Mau, Beda Butuh
"Orang pertama mungkin cocok dijadikan pacar. Tapi orang kedua cocok dijadikan suami."
Sabtu, 26 Oktober 2013
Rencana akhir tahun
Jumat, 25 Oktober 2013
Hidup ini...
Hidup ini penuh rintangan
Kau bilang
Tak perlu tinggi berangan
Jadi tak perlu jatuh terbuang
Hidup ini penyiksaan
Kau bisikan
Biar tak usah tertekan
Mati kau jadikan pilihan
Hidup ini tak ada
Ku rasa
Hanya ilusi semata
Hingga tak perlu kau bicara
Minggu, 20 Oktober 2013
Sabtu, 19 Oktober 2013
Mulai dari malam ini
Kalau saya tetap diam dan menunggu, maka saya hanya lampu kecil warna-warni yang biasa digantung di langit-langit. Hanya penghias, bukan penerang. Dan kalau pun saya mati, tidak akan memengaruhi. Hanya 1 ikan dari seisi lautan. Tidak berarti. Kalau saya tetap seperti ini, saya tidak akan tau apa yang sebenarnya saya mampu. Cuma diam dan menunggu suruhan.
Saya mau angkat bicara mulai dari sekarang. Mulai dari malam ini. Saya ingin berarti. Saya ingin orang-orang menyimak apa yang saya ucapkan. Mendengar apa yang saya serukan. Saya lelah bersikap seperti gadis bodoh yang tidak mengerti apa-apa. Sudah saatnya saya menunjukan siapa saya.
Ya. Siapa saya.
Saya sudah berada di tempat yang seharusnya.
Jumat, 18 Oktober 2013
Cahaya Bulan (Ost. GIE) - Eross ft. Okta
perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa matahari terbit menghangatkan bumi
aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang
perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi
aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang
reff:
cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
yg takkan pernah aku tau dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati
terangi dengan cinta di gelapku
kuketakutan melumpukanku
kuterangi dengan cinta di sesatku
dimana jawaban itu
Selasa, 15 Oktober 2013
Ingin jadi pendaki
Bangkitkan Lagi Semangat Juang Generasi Muda
Budaya Pembentuk Watak Bangsa
PRABU Unpad 2013
Senin, 14 Oktober 2013
Hilang dalam kelam
Laut
Seberapapun ia jauh dari laut
Terik matahari. Awan. Bebatuan. Juga hujan
Apapun itu selama ada jalan pulang
Lautan pun tak pernah ragu
Ia s'lalu setia dan menunggu
Dimana pun akhirnya itu
Ia percaya bahwa mereka satu
Kamu lah air itu
Dan aku lah lautanmu
Minggu, 13 Oktober 2013
Siapa diri saya
Saya gila menulis hari ini. Mungkin hanya wujud pelarian dari final paper yang seharusnya sudah saya buat draft-nya. Saya tidak punya inspirasi. Seorang Dosen pernah berkata, "Ada 3 alasan orang menulis, pertama, untuk mengungkapkan sesuatu, kedua, untuk mencari tahu sesuatu, dan yang terakhir, karna saking tidak tahu.". Saya pikir saya masuk kategori yang terakhir, sering kali saya menulis karena saking tidak mengerti apa yang harus ditulis. Aneh memang.
Mengenai menulis, saya terpikir soal orang-orang di sekitar saya. Orang-orang terdekat saya. Sulit untuk menyatakan suatu hal dari hati paling dalam, kalau pendengarnya adalah orang-orang yang hidup bersama kita, yang non stop kita lihat wajahnya 7 hari 24 jam. Keluarga. Orang tua. Saudara. Kadang jadi orang terakhir yang tahu siapa diri kita sebenarnya. Apa yang kita mau sesungguhnya. Untuk kasus saya, malah sering kejadian.
Rasanya jauh lebih nyaman bicara pada orang yang baru kita kenal. Tanpa takut dihakimi atas pandangan seseorang terhadap kita. Saya bebas bicara. Saya bisa tunjukan siapa diri saya. Alhasil, tidak ada satupun saudara saya yang tau saya suka menulis. Saya selalu diam-diam saat menulis, pergi ke ruangan lain untuk sekedar membuka laptop dan mengetik. Saya kurang suka menulis tangan. Tulisan saya tak karuan.
Orang tua pun baru sadar saya senang menulis saat saya bilang saya ingin masuk sastra. Ketika beberapa tulisan saya berhasil menjuarai lomba yang tidak bisa dibilang gampangan, ibu saya baru berkata "Berarti kamu punya bakat, kembangankan saja. Beli buku-buku yang bisa menginspirasi kamu.". Saya cuma ingin tertawa. Ketika seorang ibu menjadi salah seorang yang terlambat mengetahui apa minatmu, bukan kah agak ironis.
Memang hidup seperti ini tidak enak.
Catatan Seorang Demonstran, buku idaman.
Beberapa hari lalu saya senang tak karuan, buku yang saya cari sejak beberapa tahun silam akhirnya ada di genggaman. Pencarian saya ke semua toko buku besar itu berakhir pada satu toko buku petakan pinggir jalan. Tempat yang biasa jadi tempat mahasiswa beli photo copy-an buku pelajaran itu sekarang benar-benar saya agungkan. Dan demi Tuhan, buku itu bukan hasil photo copy-an. Buku yang pertama kali diterbitkan beberapa puluh tahun lalu itu cetakan asli, bahkan cover-nya pun sama persis. Saya ingat, itu cetakan kedua belas.
Catatan Seorang Demonstran. Iya. Buku itu yang saya maksud. Salah satu bukti nyata keabadian pesona Gie, sekarang ada dalam genggaman saya. Saya merasa terlengkapi. Sempat ada diskusi singkat antara saya, si bapak petugas toko, dan mbak-mbak yang sedang beli puluhan buku photo copy-an untuk kelasnya. Kami bertiga sama-sama tertarik soal Gie, meskipun saya yakin saya yang paling tahu soal Gie di antara kami. Saya betul-betul tidak terima saat si bapak pemilik toko bilang kalau mayat Gie tidak pernah ditemukan, langsung saya tolak argumen itu mentah-mentah. Memang mayat Gie tidak langsung dievakuasi, saya lupa butuh waktu berapa lama tepatnya evakuasi itu, tapi saya tahu akhirnya mayat Gie dievakuasi dan dimakamkan dengan layak.
Rasanya miris sekali bila saya mengingat kisah hidupnya, tapi lebih miris lagi kisah matinya. Saya ingat kata-kata yang ditulis dalam buku itu, tubuh Gie dibawa dengan dibalut plastik dan digantungkan di bambu. Sungguh prihatin keadan Mahameru saat itu. Saya berpikir, dibanding sepi yang ia rasakan di setiap detik hidupnya, pasti jauh lebih sepi terbungkus dalam plastik itu.
Sudah setengah jalan, saya mau cari Orang-orang di persimpangan kiri jalan setelah yang ini selesai.
Rabu, 31 Juli 2013
Hadiah dari Tempat Sampah
Selasa, 11 Juni 2013
Rabu, 15 Mei 2013
selamat datang
saya melati yang ingin tumbuh sebesar mawar.
saya adalah saya,
dan pedih yang saya rasa adalah obat termanis yang pernah ada.
kamu adalah cerita, dongeng yang diharap nyata.
kamu adalah arca, ada namun tak bisa berbicara.
kamu adalah saya,
dan kenangan yang kamu punya adalah gula terpahit yang saya rasa.
hidup dalam dongeng yang tak biasa.
mati oleh makhluk yang tak nyata.
selamat datang,
di tempat tanpa "hidup bahagia selamanya".
saya putri yang terperangkap di menara.
kamu pangeran yang mati bahkan sebelum sempat menghirup udara.
kamu adalah saya.
saya adalah kamu.
dan obat termanis adalah kepedihan.
sedang gula terpahit adalah kenangan.
Selasa, 07 Mei 2013
Senin, 06 Mei 2013
siapa peduli ?
saya bisa jadi kamu. jadi dia. jadi dia yang satunya lagi. siapa saja. tinggal dari mana aja saya bercerita, dari mana sudut pandangnya.
seenggaknya, itu yg saya tangkap.
bukannya memang itu yang semua orang cari?
kesempatan buat gak-jadi-apa-yang-seharusnya-menjadi. kesempatan buat mengekspresikan apapun yang ada di pikiran tanpa peduli apa kata orang. apa tanggapannya. kesempatan buat mengekspresikan apapun yang gak bisa kita ekspresikan di dunia nyata.
seenggaknya, itu yang saya cari.
bukannya itu lah sisi spesialnya?
bukan berarti gak jadi diri sendiri. tapi mengungkapkan diri yang sebenernya. yang belum terlihat. yang gak pernah disangka ada dalem tubuh yang biasa kita liat di kaca sehari-hari.
seenggaknya, itu yang saya percaya.
dan kalo ditanya, siapa saya?
siapa peduli.
hehe.
Sabtu, 20 April 2013
Last Flowers - Radiohead
Oh ya, kalo mau tau lagunya, bisa streaming disini: http://videokeman.com/radiohead/last-flowers-to-the-hospital-radiohead/#ixzz2Qtv0E03l
Selasa, 05 Maret 2013
Sebuah Tanya
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku.
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
Ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat.
Apakah kau masih akan berkata, "ku dengar derap jantungmu"?
Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta.
Manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenagan,
dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.
this part...
Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa
Senin, 18 Februari 2013
sweet-risky-things
komitmen?
Sabtu, 05 Januari 2013
surat cinta, sepertinya.
saya yakin yang saya rasa ini gak seharusnya. sinting. gila. saya gak akan bisa tersenyum lebar sambil bilang kalo saya sudah jatuh cinta, sama orang yang sudah gak ada. yang bahkan belum sempat saya temui. seseorang yang bahkan lebih dulu dilahirkan ketimbang ayah dan ibu saya. seseorang yang sudah mati. seorang aktivis mahasiswa yang entah kenapa harus mati muda. yang entah kenapa harus diambil nyawanya tepat sehari sebelum merayakan ulang tahun yang ke 27. yang entah kenapa harus menghirup asap beracun mahameru. yang entah kenapa harus mati disana. entah entah dan entah. saya gak tau lagi harus ngomong apa.
seandainya masih ada sosok seperti kamu hidup di jaman ini. sosok nyata yang bisa saya sentuh dengan tangan. bukan cuma bayang-bayang.
manusia memang pasti mati. tapi pesonanya bisa abadi.
seperti yang kamu tulis,
berbahagialah mereka yang mati muda.
berbahagialah dalam ketiadaanmu.
Gie,