Rabu, 16 Mei 2012

the end

"siapa yang lebih adil?"
"kamu"
"bukan.."
"lalu?"

entah apa yang ada dipikiranmu saat ini. kamu hanya diam di sudut itu, menghindar sejauh mungkin dari jangkauan semua orang, termasuk aku. kepalamu tertunduk, kedua tanganmu menjadi topangan kepala, mungkin kepalamu terasa terlalu berat untuk ditopang hanya oleh leher saja, mungkin matamu terpejam karena tidak kuat melihat kenyataan, dan lebih memilih gelap karena dalam gelap kita tak tau apa-apa.

sedangkan aku memilih menjaga jarakku, sama seperti kamu. karna satu-satunya hal yang paling masuk akal untuk ku saat ini adalah tidak menyulut api, entah api cinta ataupun api benci. aku berusaha berdiri semampuku,  mengetahui tidak ada lagi yang bisa menangkapku jika saja aku tiba-tiba rubuh dan tidak bangun lagi.

es masih menyelubungi tiap rongga mulutku, tidak bisa berkata apalagi menjawab pertanyaanmu, tiap kali kata-kata itu sudah ada di ujung lidah dan siap ku lempar keluar, alhasil hanya sekelabut uap dingin yang keluar dari es-es itu. kau pun tidak melanjutkan, hanya diam dan menunggu jawaban. tangan masih jadi topangan kepalamu.

saat itu aku mulai meyakini satu hal yang sudah ku sadari sejak dulu, bahwa tidak ada satupun kejadian tunggal dalam dunia ini. mirip kehidupan yang selalu berakhir dengan kematian. mirip bunga mekar yang akhirnya tetap saja akan layu. 

yang punya awal, selalu punya akhir.  

mata ku terpejam dan nafasku mendalam, air mata mungkin saja bisa mengalir kala itu. tapi tidak kali ini. tidak lagi. kamu mendongak, mata kita bertemu untuk sepersekian detik lamanya. hampir menyerupai kedipan mata saking cepatnya. dan keheningan masih mendera suasana.

jarum panjang jam melewati entah berapa garis banyaknya, jam itu tidak lagi terlihat penting, ketika ada hal yang harus segera diputuskan, hal yang tidak bisa di nilai dari detik jam ataupun stopwatch di tangan. ataupun kalender yang akan dicoret setiap hari dan bulan berganti. 

"bukannya yang hidup pasti akan mati?"

kamu tetap diam.

"Tuhan, itu jawabannya." 


Kamis, 10 Mei 2012

the stars

belasan tahun aku mengenal kata 'kerlip bintang' dan lagu bintang kecil ataupun bintang kejora. dan baru malam ini aku benar-benar tau apa itu kerlip bintang. cahayanya aneh, aneh dan menakjubkan. pertama mama bilang sekaligus nanya, "itu bintangnya kelap-kelip ya?". refleks mataku langsung ngelihat ke arah yang ditunjuk mama. "bukan lah, masa bintang kayak gitu". ada jeda hening yang cukup lama setelah itu. aku mulai berfikir benda macam apa yang bisa ada dilangit sana sambil kelap kelip dan keren tingkat dewa. langit sudah bener-bener gelap waktu itu. lampu tower? gak mungkin. satelit? entahlah. aku mulai memperhatikan benda itu lagi, cuma dangakkan kepala sambil diam, sampai aku sadar bahwa bukan cuma ada satu benda yang seperti itu. aku lihat sekelilingnya. bintang. dan semuanya sama. kelap kelip yang gak tau kenapa bisa bikin hati tenang dan mata gak berkedip. 

"iya ma, itu bintang".

merah, biru, putih,
berulang-ulang.
itu kerlip yang tertangkap di mataku.

weird and lovely

Daftar "kebutuhan" wajib kelas



anggap saja ini diangkat dari kisah nyata :)



sebagian bergaya, sebagian alakadarnya









-N-

Sabtu, 05 Mei 2012

sayap dan malaikat

Dulu aku pernah baca satu novel tentang manusia bersayap, malaikat yang jatuh dari dunianya hingga sayapnya patah dan hanya tersisa sebelah. Itu jadi satu-satunya novel yang bikin aku buang air mata.  Aku lupa siapa nama malaikat itu, yang jelas namanya aneh dan mirip nama perempuan. Yeah, dia itu laki-laki. Jadi tanpa diceritakan sebabnya, dia jatuh dan terluka parah, sayapnya patah. Dituliskan ia selalu pakai jaket hitam panjang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, buat nyembunyikan sayapnya itu. Dia tau bahwa ia diburu.

Sebagian orang menganggap manusia bersayap adalah orang suci, yang darahnya bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Tapi sebagian orang menanggapi hal itu dengan cara lain, memburu dan membunuhnya, meminum darahnya untuk menyembuhkan diri. Aku ingat, namanya Beppu. 

Lalu cerita berpindah pada seorang ibu yang kewalahan dengan anaknya yang tidak kunjung sembuh, sudah berapa minggu anaknya demam. Si ibu tau tetang kabar yang beredar, ada kabar burung tentang manusia bersayap yang berjalan di tanah tempat mereka tinggal. Si ibu diam2 menyelinap keluar saat anaknya tidur, berkeliaran tengah malam untuk membuktikan kebenaran kabar itu. Ia menemukannya. Aku lupa gimana ceritanya, yang jelas dia berhasil dapat sedikit darah Beppu. Dia kembali dan meminumkan darah itu ke anaknya. 

Alhasil, esoknya anak itu bangun dengan kondisi bak terlahir kembali. Kejadian2 aneh mulai terjadi, malamnya, ditemukan sesosok bayi yang sudah tidak karuan lagi bentuknya. Mirip habis dicabik2 dan di minum habis darahnya. Beppu yang sedang tidur di bawah pohon, yang sialnya dekat dengan lokasi penemuan mayat bayi itu, dianggap sebagai tersangka oleh warga, terlebih ia adalah orang baru yang tidak diketahui asal usulnya. Tapi si ibu tau, bukan Beppu pelakunya.

Ia mengerti apa arti kutukan itu sekarang. Kutukan untuk orang2 yang telah meminum darah manusia bersayap. Darah manusia bersayap memang akan menyembuhkan, namun untuk tetap bertahan hidup, tubuh itu harus terus menerus meminum darah. Tidak bisa berhenti. Si ibu tau jelas siapa pelaku keji yang meminum darah di bayi, putri kecilnya.  Ceritanya panjang, hingga akhirnya si anak kecil itu membakar dirinya sendiri, karna tau hanya api yang bisa menyucikan nya kembali. Disini, dalam kematiannya si anak berpesan tentang kutukan manusia bersayap, ia berharap tidak ada lg yang berakhir seperti dirinya, tidak ada lagi orang yang memburu manusia bersayap demi hidup dalam keabadian. Dan bila suatu saat ada yang bertemu dengan seorang wanita bersama laki-laki bersayap sebelah, maka sampaikan salam cintanya pada wanita itu, karna baginya, wanita itu adalah segalanya. Karna si ibu akhirnya memilih pergi, bersama malaikat jatuh dengan sayap yang tak utuh.


Sejak itu aku terobsesi dengan kata ‘sayap’, menyadari bahwa manusia tidak akan pernah punya sayap selain lempengan besi yang dipasangi mesin jet. Bahwa bila memang ada spesies seperti itu di dunia ini, mungkin dia lah makhluk termulia sejagat raya. Karna itu aku suka segala hal berbau sayap, sayap dan malaikat. Membayangkan bisa terbang tanpa bantuan apapun itu bener2 menabjubkan, Cuma dengan sepasang sayap yang entah bagaimana caranya bisa menempel di punggung kita. Keajaiban, pikirku.

Malaikat jatuh, itu judul novelnya.