Selasa, 15 Oktober 2013

Ingin jadi pendaki

Kapan-kapan saya ingin naik gunung. Saya tidak tau sejak kapan tepatnya saya mulai tertarik pada hal maskulin satu ini. Mungkin sejak sekolah dasar, mungkin lebih muda lagi. Dulu pernah ayah cerita soal kami liburan di Bromo, saya masih terlalu kecil saat itu, masuk sekolah Tk saja belum. Tidak ada yang saya ingat selain anak tangga yang begitu banyak, itu saja sudah kabur-kabur dari ingatan. Kalau lihat foto-foto yang ada di album, waktu itu saya pakai kaos kuning dan dilapis baju kodok, kupluk rajutan belang-belang, dan bawa boneka kucing kecil yang dinamai Mika. Saya juga naik kuda, tapi saya tidak ingat sama sekali. Ayah bilang dulu saya yang paling semangat naik sampai ke puncak, tentu saya juga tidak ingat soal itu.
Belakangan ayah suka iseng-iseng bercanda, mengajak liburan ke Bromo lagi. Saya merasa diberi harapan kosong (begitu kata anak-anak sekarang). Saya ingin sekali naik gunung. Iri setengah mati ketika teman bercerita kalau ia dan 'sahabat'nya punya rencana untuk naik gunung Semeru. Lalu lebih iri lagi ketika teman di London bercerita soal liburannya, ia dan teman-temannya juga naik gunung di sana. Ia janji mengirimi saya foto-foto. Kapan giliran saya?
Begitu tau ada ukm pendaki di fakultas, saya langsung kegirangan bukan main. Akhirnya saya punya kesempatan untuk naik gunung. Betapa senangnya. Sampai sekarang saya masih menunggu kapan ukm itu membuka recruitment.
Kadang saya berpikir, bisa-bisanya orang seperti saya tertarik dengan hal seperti ini. Mungkin turunan dari ayah, memang ayah lumayan suka hal-hal berbau alam. Namun pernah sekali waktu ayah bilang, "Gunung kalau dilihat dari jauh bagus sekali. Tapi menakutkan ketika didatangi.". Saya cuma tertawa-tawa. Ketika itu kami sedang di pantai, beliau menunjuk ke arah tebing-tebing tinggi yang lebat ditumbuhi pohon.
Di gunung, kita bisa melihat sosok asli diri seseorang. Memang begitu kira-kira. Kalau sudah ada di gunung dengan segala keterbatasan, apa masih sanggup orang-orang memainkan peran? Mereka bakal menampakan sosok aslinya. Percaya atau tidak. Jadi kalau kamu betul-betul ingin kenal seseorang, bawa saja ia ke gunung.
Saya ingin dibawa ke gunung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar