Rabu, 26 September 2012

2 jarum di arah Utara

rasanya ada penyangga kecil diantara kelopak mata. dan penyangga kecil itu dinamakan harapan.

jarum super ramping warna merah terus beputar, suara detaknya terdengar menyerupai irama. di benakku ia berkata... hai, selamat malam kamu yang menunggu 2 jarum hitamku bertemu diarah utara. tidak lelahkah kamu menunggu? orang yang kamu cinta saja sudah pergi menutup hari. siapa lagi yang kamu tunggu?

penyangga mata itu masih terpasang di tempatnya. menantang jarum jam yang terus berputar dengan irama. bernyanyi mengolok keberadaaku yang masih menunggu seseorang terjaga dan berucap apa yang seharusnya. lalu saat itu pun tiba, 2 jarum hitam bertemu diarah utara. mataku menatap layar ponsel, berharap sebuah nama muncul disana. detak jarum jam kala itu benar-benar mengusik keberadaanku. mengolok dan menghakimi sesuka hati. aku kalah dan ia menang, jarum hitamnya tidak lagi bertemu diarah utara, dan layar ponselku tak kunjung jua menyala.

rasanya aku baru saja di pukul jatuh oleh jam dinding kamarku sendiri. direndahkan dan dipermalukan. setidak berarti itu kah aku sekarang? karna terakhir kali jarum jam itu bertemu di arah utara di tanggal yang sama, layar ponsel ku masih rajin menyala dan nama orang-orang bermunculan disana.

jarum panjang sudah menemui arah utara untuk kedua kalinya, sedang jarum pendek bergerak pelan menuju arah timur laut. manis sekaligus pedih. rasanya seperti menghayati detik-detik usai gerhana. dan ponselku tetap duduk manis dengan layar gelapnya. mengajak aku untuk ikut memejam mata dan menggelapkan dunia.
aku dengar bisikan jam dinding diantara irama detak jarumnya, sudah cukup acara menunggu, terima saja bahwa kamu bagi orang-orang disekitarmu tak seberarti kamu yang dulu.

aku berdamai dengan jam dan jarumnya. berlapang dada dan menganggap bahwa mungkin saja pemikiran itu ada benarnya. tanganku mulai menarik bantal mendekat, hanya ditemani detak jarum jam dan suara kipas angin berputar. juga samar suara televisi yang berasal dari luar ruangan. tanpa lilin warna-warni dan blackforest seperti tahun-tahun sebelumnya, bahkan tanpa satupun pesan ucapan dari orang-orang yang aku cinta.

SELAMAT ULANG TAHUN
aku harap semua yang terbaik untuk mu

kadoku adalah harapan
yang ada meskipun sudah jelas tak kan lagi tergapai
yang tergantung di langit-langit kamar
sementara kau  hanya terbaring beralas lantai

jarum pendek semakin menjauhi utara, timur sudah ada di hadapannya.
dan rasanya aku tak ingin bertambah usia.

Sabtu, 08 September 2012

a piece of thought



lalu naskah mulai diketik. seandainya kalimat dapat melukiskan cerita dan kata bisa merefleksikan rasa dengan sempurna, maka tidak ada yang lebih indah dari kita. kita adalah partikel air yang terhuyung menuju air terjun, yang punya impian untuk jatuh bebas dan mencicipi bagaimana aroma kebebasan saat melayang di udara. yang menentang resiko terhempas terlalu jauh, yang kapan saja dapat menempel pada daun dan ranting, atau terserap dan menyatu dengan tanah, juga lenyap menjadi gas karna surya yang belum lelah bekerja. yang saling berjanji untuk kembali bertatap muka, di perbatasan antara sungai dan lautan, pada tempat sederhana yang ku sebut sebagai muara.

lalu bagaimana bila salah satu dari kita tak pernah menampakkan sosoknya? yang mungkin saja telah menyatu dengan tanah dan membuat sebuah kehidupan baru yang nantinya menjadi paru-paru dunia, atau menguap terbang menuju awan dan dijatuhkan entah dimana letaknya. haruskah kita menyesalinya? karna mengganti ketenangan aliran dengan jatuh bebas diantara sela bebatuan.

tidak perlu. 

bukankah setidaknya kita sudah sempat rasakan bagaimana aroma kebebasan saat melayang di udara? 

dan untuk semua yang telah ku rasa.
itu sudah lebih dari cukup.

Senin, 02 Juli 2012

berbatas lautan

aku ini siapamu? pertanyaan itu kembali melintas dipikiranku. astaga. rasanya baru beberapa detik yang lalu pertanyaan itu pergi. kini pertanyaan itu muncul lagi secepat cahaya. entah untuk keberapa kalinya. kupejamkan lagi mataku, berharap pertanyaan itu akan lenyap ketika aku kembali membuka mata. dan.. sial. kalimat 3 kata dengan tanda tanya itu rasanya dipampang pas di depan mataku, dengan ukurang entah 3x4 meter atau lebih. tidak perlu pakai kacamata. plus memusingkan kepala.

memangnya kamu siapaku? pertanyaan itu berevolusi, tidak membaik, semakin menyesakkan dada. aku sadar status kita tak lebih dari sebutan teman lama. tapi sadarkah kamu? atau justru karna ketidaksadaranmu itu sehingga kamu berusaha menarik aku kembali pada masa lalu. aku tidak pantas menaruh rasa cemburu pada mu, orang yang hanya teman lamaku. dan kamu jauh lebih tidak pantas berbicara seakan kita masih ada dalam masa itu. masa dimana tidak ada lautan yang memisahkan tanah tempat kita berpijak. hanya jalanan, aspal dan bebatuan yang bisa ku pijak dengan nyata, yang bisa ku lalui tanpa tenggelam, tanpa duduk dalam kabin pesawat terbang. 

tidak butuh persetujuan, aku bebas menyalahkan. dan untuk kesekian kalinya aku menyalahkan kamu, tanpa kamu tau. seharusnya kamu bisa memanfaatkan waktu yang kita punya, tidak pergi saat aku ada, dan mencari saat aku sudah tidak disana. kemana saja kamu selama itu? perlukah waktu 4 tahun untuk meyakinkan hati kecilmu bahwa kita memang punya sesuatu? ssttt, tak perlu kamu jawab. aku tidak mau tau.

jadi seperti inilah keadaan kita. tidak perlu disesali karna memang tidak pantas disesali. 2 orang remaja yang saling kenal semenjak lulus sekolah dasar, yang pertama berkenalan di sebuah taman kecil dalam suatu kebetulan, bertatap muka tak lebih dari 6 bulan, dan saling menghilang dalam bayangan, memudar dan pergi. dan kembali kebetulan yang dibuat sendiri mempertemukan, 2 orang remaja dibawah sinar bulan, berbicara, mengulas cerita lama setelah bertahun-tahun tak saling jumpa, tak sampai satu jam sampai lautan kembali memisahkan.

kamu tau tanpa harus aku suarakan kalimat itu, tanpa harus ku tuliskan, tanpa harus ku bisikan. aku mencintaimu, dari sudut kecil dalam hatiku yang tidak ku sadari masih berfungsi. begitu juga aku, mengetahui isi hatimu tanpa harus kamu beritau. tapi seperti inilah kita yang terjebak dalam 2 tubuh yang terlampau jauh pijakannya. yang tidak bisa saling menyentuh meski sekedar berjabat tangan. yang tidak bisa saling mendengar tanpa bantuan gelombang signal. hanya dari hati kita bisa berbicara dengan jelas, tanpa suara dan gambaran, hanya rasa yang aku yakin kamu juga pasti rasa. sebatas itu. karna kita tau bagaimanapun kita tetap satu.

dari sini aku bisikan namamu, tanpa suara, hanya gerakan bibir saja. dari seberang lautan. jalan kemana nantinya aku pulang.

aku tidak tau kemana jalan air hujan menghilang, namun aku tau nantinya ia akan bertemu lautan.

aku tidak tau kemana hati ini akan membawaku,
namun aku tau nanti jawabannya selalu 'kamu'


demi seseorang yang kembali dari masa lalu,
yang dapat kapanpun menghilang,
tanpa bisa disalahkan. 

Sabtu, 23 Juni 2012

Yang Tidak Memiliki Nurani


kini ukiran namamu telah hilang tertutup debu dan airmata ku,
telah hancur termakan waktu juga betapa sakitnya hatiku.
semua semu,
sama seperti ukiran namamu itu.

dulu..
ketika aku mulai mencintaimu, ketika aku mulai berharap bahwa perasaanku bukan hanya bagian dari permainan kecilmu. tanganku bak robot yang telah diatur untuk mengukir nama itu, nama seseorang tidak tau diri yang datang dan pergi sesuka hati, nama seseorang yang tidak tau permisi mengambil hati dan tidak mau mengembalikannya lagi. kamu. wahai yang tidak memiliki nurani.

aku tau semua pilihan memiliki resiko masing-masing yang mau tidak mau harus dirasakan juga, yang aku tidak tau, rasanya akan seperih ini, akan sehancur ini. rasa perih yang sulit diobati, karna tau orang yang bersikap seakan menyayangi malah mencintai orang lain dibalik kelambunya. pernahkah kamu merasakannya? wahai yang tidak memiliki nurani.

pada awalnya memang semua terlihat baik-baik saja, terlihat menjanjikan dan dipenuhi harapan-harapan bahagia. aku mencintaimu dan memulai penantianku. tapi penantian itu tak kunjung berujung, tetap berjalan hingga aku lelah dan kehabisan waktu, kehabisan hati untuk diberikan, kehabisan hati untuk diharapkan.
hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun.
dan kamu tetap menjadi seorang teman baik ku, seorang teman biasa tanpa ada kata cinta. bahkan kamu mulai menjauh, kamu mulai hilang dari pandanganku sementara aku tak henti mencari keberadaanmu. kamu lari. kamu sembunyi. kemanakah kamu wahai yang tidak memiliki nurani?

namun waktu membuktikan segalanya, kamu semakin diam tak bersuara, menyelinap keluar bak tikus got hitam yang berjalan melewati tempat gelap, yang lari saat di dekati, yang beraksi saat di jauhi. merasakah engkau wahai yang tidak memiliki nurani?

lalu harapan ku mulai mati, mulai kehabisan alasan untuk dipertahankan.
lalu aku biarkan ukiran namamu itu tetap sendiri, meskipun aku berharap suatu saat nanti akan ada ukiran namaku dibawahnya, kamu dan aku, tapi itu tak pernah terjadi.

dan kini aku telah mengerti,
kamu, wahai orang yang tidak memiliki nurani,
sudah berapa banyakkah orang sepertiku yang kau masukkan dalam permainan kecilmu?

aku tersenyum. tidak.
aku tertawa.

masihkah kamu ?

aku titipkan selembar surat untuk mu, pada angin, hujan, debu, udara dan berkas cahaya.
tidak terlihat, tidak tersentuh, hanya isyarat yang dapat kamu pahami, bukan dengan kekuatan otak, tapi dengan hati.

sehingga kamu bisa menerimanya setiap saat, saat sepoi angin menerpa tubuhmu, saat butiran air hujan membasahimu, saat tanpa sadar kamu menyentuh debu, dan saat kamu bernafas, juga saat sinar matahari tenggelam di kuitmu. setiap saat. apa kamu tau?

surat itu tidak berisikan kata, tidak melampirkan gambar juga tidak membutuhkan alamat. karna aku tau kamu mengerti apa yang ingin aku sampaikan, karna aku tau kamu tidak butuh bukti untuk mempercayai perasaanmu sendiri, dan karna aku tau tepat kemana surat ini akhirnya akan tertuju.

dari hati kecil ku, untuk kamu.

aku masih menyimpan perasaan itu, masihkah kamu?

Minggu, 17 Juni 2012

belum pernah rasanya sebahagia ini, tenang sekaligus gemetar, canggung sekaligus senang. dan aku berusaha cari jawaban terlogis yang bisa kucerna. gak ada. yang keluar malah 1 pertanyaan baru yang mungkin bisa mendukung perasaan ini.

seseorang yang mengitari dunia akan kembali pada posisi awalnya.
tangga nada dimulai dari do dan kembali ke lagi ke do.
manusia yang tercipta dari tanah akan kembali ke tanah.

bukankah pada akhirnya kita selalu kembali ke awal?
mungkin. aku gatau.

Kamis, 07 Juni 2012

empty soul

setiap jengkal tubuhmu serasa mengejang, seakan semua partikel dalam tubuhmu menolak mentah-mentah aura kehidupan. dadamu sesak sementara pepohonan hijau berada di sekelilingmu. matamu merah sementara tidurmu tidak pernah kurang dari 8 jam. kamu pudar. kamu sekarat. bukan sekarat seperti orang kelaparan, bukan seperti korban kecelakaan atau bencana alam, bukan termakan penyakit atau dihalau usia. kamu sekarat. benar-benar sekarat dan butuh pertolongan. kamu tidak batuk, tidak muntah, apalagi mengeluarkan darah. tapi kamu sakit. satu titik dalam dirimu rusak dan kerusakan itu menyebar secepat bisa ular. secepat apel jatuh dari pohonnya. secepat nyala lampu. bahkan secepat kedipan mata. kamu sakit. kamu sekarat dan akhirnya kamu akan mati. jasadmu akan tetap berjalan di permukaan bumi. kamu akan tetap berkaca di cermin setiap pagi dan diam mengantre di kasir supermarket. kamu tetap bernafas dan tubuhmu akan tetap menjalankan metabolismenya. kamu hidup. hidup dalam satu jiwa yang sudah lama pergi. kamu kosong. lalu senyummu hanya tinggal garis melengkung bibir yang datang secepat ia pergi. tanpa arti. tawamu hanya tinggal suara heran akan keadaan yang tidak pernah kamu pahami. dan tangismu hanya tinggal tetesan air yang entah kenapa keluar dari sudut mata. kamu hampa. kamu bukan siapa-siapa. 

lalu kamu siapa? kamu hanya seonggok daging berjalan yang bahkan tidak pantas memiliki nama.

Rabu, 16 Mei 2012

the end

"siapa yang lebih adil?"
"kamu"
"bukan.."
"lalu?"

entah apa yang ada dipikiranmu saat ini. kamu hanya diam di sudut itu, menghindar sejauh mungkin dari jangkauan semua orang, termasuk aku. kepalamu tertunduk, kedua tanganmu menjadi topangan kepala, mungkin kepalamu terasa terlalu berat untuk ditopang hanya oleh leher saja, mungkin matamu terpejam karena tidak kuat melihat kenyataan, dan lebih memilih gelap karena dalam gelap kita tak tau apa-apa.

sedangkan aku memilih menjaga jarakku, sama seperti kamu. karna satu-satunya hal yang paling masuk akal untuk ku saat ini adalah tidak menyulut api, entah api cinta ataupun api benci. aku berusaha berdiri semampuku,  mengetahui tidak ada lagi yang bisa menangkapku jika saja aku tiba-tiba rubuh dan tidak bangun lagi.

es masih menyelubungi tiap rongga mulutku, tidak bisa berkata apalagi menjawab pertanyaanmu, tiap kali kata-kata itu sudah ada di ujung lidah dan siap ku lempar keluar, alhasil hanya sekelabut uap dingin yang keluar dari es-es itu. kau pun tidak melanjutkan, hanya diam dan menunggu jawaban. tangan masih jadi topangan kepalamu.

saat itu aku mulai meyakini satu hal yang sudah ku sadari sejak dulu, bahwa tidak ada satupun kejadian tunggal dalam dunia ini. mirip kehidupan yang selalu berakhir dengan kematian. mirip bunga mekar yang akhirnya tetap saja akan layu. 

yang punya awal, selalu punya akhir.  

mata ku terpejam dan nafasku mendalam, air mata mungkin saja bisa mengalir kala itu. tapi tidak kali ini. tidak lagi. kamu mendongak, mata kita bertemu untuk sepersekian detik lamanya. hampir menyerupai kedipan mata saking cepatnya. dan keheningan masih mendera suasana.

jarum panjang jam melewati entah berapa garis banyaknya, jam itu tidak lagi terlihat penting, ketika ada hal yang harus segera diputuskan, hal yang tidak bisa di nilai dari detik jam ataupun stopwatch di tangan. ataupun kalender yang akan dicoret setiap hari dan bulan berganti. 

"bukannya yang hidup pasti akan mati?"

kamu tetap diam.

"Tuhan, itu jawabannya." 


Kamis, 10 Mei 2012

the stars

belasan tahun aku mengenal kata 'kerlip bintang' dan lagu bintang kecil ataupun bintang kejora. dan baru malam ini aku benar-benar tau apa itu kerlip bintang. cahayanya aneh, aneh dan menakjubkan. pertama mama bilang sekaligus nanya, "itu bintangnya kelap-kelip ya?". refleks mataku langsung ngelihat ke arah yang ditunjuk mama. "bukan lah, masa bintang kayak gitu". ada jeda hening yang cukup lama setelah itu. aku mulai berfikir benda macam apa yang bisa ada dilangit sana sambil kelap kelip dan keren tingkat dewa. langit sudah bener-bener gelap waktu itu. lampu tower? gak mungkin. satelit? entahlah. aku mulai memperhatikan benda itu lagi, cuma dangakkan kepala sambil diam, sampai aku sadar bahwa bukan cuma ada satu benda yang seperti itu. aku lihat sekelilingnya. bintang. dan semuanya sama. kelap kelip yang gak tau kenapa bisa bikin hati tenang dan mata gak berkedip. 

"iya ma, itu bintang".

merah, biru, putih,
berulang-ulang.
itu kerlip yang tertangkap di mataku.

weird and lovely

Daftar "kebutuhan" wajib kelas



anggap saja ini diangkat dari kisah nyata :)



sebagian bergaya, sebagian alakadarnya









-N-

Sabtu, 05 Mei 2012

sayap dan malaikat

Dulu aku pernah baca satu novel tentang manusia bersayap, malaikat yang jatuh dari dunianya hingga sayapnya patah dan hanya tersisa sebelah. Itu jadi satu-satunya novel yang bikin aku buang air mata.  Aku lupa siapa nama malaikat itu, yang jelas namanya aneh dan mirip nama perempuan. Yeah, dia itu laki-laki. Jadi tanpa diceritakan sebabnya, dia jatuh dan terluka parah, sayapnya patah. Dituliskan ia selalu pakai jaket hitam panjang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, buat nyembunyikan sayapnya itu. Dia tau bahwa ia diburu.

Sebagian orang menganggap manusia bersayap adalah orang suci, yang darahnya bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Tapi sebagian orang menanggapi hal itu dengan cara lain, memburu dan membunuhnya, meminum darahnya untuk menyembuhkan diri. Aku ingat, namanya Beppu. 

Lalu cerita berpindah pada seorang ibu yang kewalahan dengan anaknya yang tidak kunjung sembuh, sudah berapa minggu anaknya demam. Si ibu tau tetang kabar yang beredar, ada kabar burung tentang manusia bersayap yang berjalan di tanah tempat mereka tinggal. Si ibu diam2 menyelinap keluar saat anaknya tidur, berkeliaran tengah malam untuk membuktikan kebenaran kabar itu. Ia menemukannya. Aku lupa gimana ceritanya, yang jelas dia berhasil dapat sedikit darah Beppu. Dia kembali dan meminumkan darah itu ke anaknya. 

Alhasil, esoknya anak itu bangun dengan kondisi bak terlahir kembali. Kejadian2 aneh mulai terjadi, malamnya, ditemukan sesosok bayi yang sudah tidak karuan lagi bentuknya. Mirip habis dicabik2 dan di minum habis darahnya. Beppu yang sedang tidur di bawah pohon, yang sialnya dekat dengan lokasi penemuan mayat bayi itu, dianggap sebagai tersangka oleh warga, terlebih ia adalah orang baru yang tidak diketahui asal usulnya. Tapi si ibu tau, bukan Beppu pelakunya.

Ia mengerti apa arti kutukan itu sekarang. Kutukan untuk orang2 yang telah meminum darah manusia bersayap. Darah manusia bersayap memang akan menyembuhkan, namun untuk tetap bertahan hidup, tubuh itu harus terus menerus meminum darah. Tidak bisa berhenti. Si ibu tau jelas siapa pelaku keji yang meminum darah di bayi, putri kecilnya.  Ceritanya panjang, hingga akhirnya si anak kecil itu membakar dirinya sendiri, karna tau hanya api yang bisa menyucikan nya kembali. Disini, dalam kematiannya si anak berpesan tentang kutukan manusia bersayap, ia berharap tidak ada lg yang berakhir seperti dirinya, tidak ada lagi orang yang memburu manusia bersayap demi hidup dalam keabadian. Dan bila suatu saat ada yang bertemu dengan seorang wanita bersama laki-laki bersayap sebelah, maka sampaikan salam cintanya pada wanita itu, karna baginya, wanita itu adalah segalanya. Karna si ibu akhirnya memilih pergi, bersama malaikat jatuh dengan sayap yang tak utuh.


Sejak itu aku terobsesi dengan kata ‘sayap’, menyadari bahwa manusia tidak akan pernah punya sayap selain lempengan besi yang dipasangi mesin jet. Bahwa bila memang ada spesies seperti itu di dunia ini, mungkin dia lah makhluk termulia sejagat raya. Karna itu aku suka segala hal berbau sayap, sayap dan malaikat. Membayangkan bisa terbang tanpa bantuan apapun itu bener2 menabjubkan, Cuma dengan sepasang sayap yang entah bagaimana caranya bisa menempel di punggung kita. Keajaiban, pikirku.

Malaikat jatuh, itu judul novelnya.   

Minggu, 01 Januari 2012

cuap.cuap awal tahun

hanya saya, laptop saya, film transformers dan segelas green sand yang hampir habis.
hanya suara tv, kipas angin, keyboard laptop, dan samar2 suara dengkuran ayah saya.


gak ada lagi warna warni kembang api.
gak ada lagi suara2 dentuman macam ada di medan perang.

happy new year buat semua..
yg lg baca ini, maupun yg lg gak baca.
yg lagi berduaan sama pacar, maupun yg lg peluk guling di kamar.
yg lagi nonton tv, maupun yg lagi seneng2 di alam mimpi.
happy new year buat kalian..

gelasnya udah kosong, green sand nya udah abis.
transformers nya udah mulai lagi.

ya terus?

yang mau saya katakan..
gak penting seperti apa perayaan tahun baru itu.
tiup terompet waktu jam 00.00.01
nyulut kembang api abal2 di depan rumah
melongo ngeliat kayak apa kembang api betulan di jalan
atau ngidupkan tv terus buka blog nulis postingan *ekhem

yg penting apa yg akan kita lakukan buat ngisi tahun baru itu,
perbaiki sikap. tambah pengalaman. belajar dari kesalahan.
banyak.

tahun baru bukan cuma masalah tiup terompet sama jalanan macet.
jauh lebih besar dari pada itu.


yakan?