Kamis, 22 Desember 2011

hujan dan perasaan

hujan tak selalu membawa duka,
hujan membuatku percaya, tentang arti cinta yang sebenarnya.

"apa kau yakin?" sapa mu seraya mendatangi ku.
"tentang?"
"tentang penjelasan mengapa kau rela berdiri di tengah hujan untuk sekedar menunggunya melihat keluar jendela!"
"kau tak mengerti, aku mencintainya dan satu2nya cara untuk membuktikannya adalah dengan melakukan ini."
"tapi ini bukan sinetron! tak ada acara hujan2an yg bisa membuat org yg kau cinta membalas cinta mu!"

aku terdiam, mataku sayu dan hujan menyembunyikan tangisanku.
menyembunyikan tangisanku dari semua orang, kecuali kamu.

"aku tak bawa tisu untuk hal itu, kalau pun aku bawa, pasti hujan terlebih dulu menghancurkannya..."
aku tetap diam, berdiri membelakangi mu.
"dengar.. aku tau kata2ku tadi melampaui batas. aku hanya tak mau kau korbankan dirimu untuk seseorang yang tak tau diri itu.."
"tapi seseorang yg tak tau diri itu adalah seseorang yang aku cinta!" jawabku sedikit berteriak.

kini kamu yang kehabisan kata, diam, menahan emosi dan berusaha mengurungkan niat untuk mendekap seseorang didepanmu ini.
tak banyak bicara, kau lepaskan jaketmu yang setengah basah itu lalu kau kalungkan di bahuku. "ini akan sedikit menghangatkanmu.."

"lalu, sampai kapan kau akan berdiri disini?"
"sampai ia membuka tirai dan melihat keluar jendela..."
"bagaimana kalau itu tak pernah terjadi?"
"ia mencintaiku, pasti itu terjadi"
"setengah jam sudah kau menunggu, hujan bisa membuatmu mati kedinginan"
"setidaknya itu membuktikan bahwa aku rela mati untuknya..."
"tapi aku tak rela bila kau mati karna dia, kau lebih berharga dari itu"

aku tak bicara, diam menatap jendela kamar yg sedari tadi ku harap akan terbuka.

"apa kau yakin ia masih mencintaimu? maksudku, acara menentang hujan ini harus punya alibi yang kuat.."
aku tetap diam... memutar pikiran.
mulai ketakutan atas pertanyaan mu itu.
"mungkin kau harus berhenti mengharapkannya, dan melihat betapa banyak orang2 yang tulus mencintaimu dan tdk memaksamu untuk hujan2an seperti ini"

kali ini hujan tak sanggup lagi menyembunyikan tangisanku,
semua orang tau, apalagi kamu.

aku mulai berpikir bahwa tirai itu memang tak akan terbuka, sama seperti hatinya yang sudah terkunci rapat untuk seseorang seperti ku.
dan aku sadar cinta seseorang yang rela hujan2an menemani ku ini lebih besar dari semua cinta yang pernah aku berikan untuk orang tak tau diri yang menunggu dibalik tirai jendela itu. aku sadar butuh alibi yang kuat untuk memutuskan akan habiskan waktu menemani seseorang di tengah hujan yang sedang menanti laki-laki lain melihat keluar dari jendela kamar. aku sadar ketulusan hatimu itu diluar batas logika, lebih gila dari pada acara hujan2an yang ku buat tanpa alasan yg jelas ini, lebih gila dari pada keputusanku yang masih akan mengharapkannya sementara aku memiliki mu disetiap hembusan nafasku.



"jaketmu mulai membuat kulit ku beku. aku ingin coklat panas, kau mau?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar