Minggu, 21 Desember 2014

Kamu; seperti itu.

Pilihan musikmu membuat saya tergiur untuk mengenal genre apapun itu yang kamu dengarkan. Diam-diam sepulang pertemuan kita, saya mendownload beberapa. Tersenyum kecil tiap kali saya tiba-tiba terbayang, di suatu waktu, yang saya tidak tahu akan atau bahkan pernah kejadian, alunan musik dengan suara vokal yang sama mengalir masuk ke telinga kita. Bukankah itu cukup romantis untuk dua orang yang hanya sekedar tukar-menukar nama?

Mungkin untuk kamu, saya cuma satu nama, yang banyak kamu temui di mana-mana. Mungkin di bangku sebelahmu, di persimpangan dekat kamu tinggal, atau malah sekedar di film yang kamu tonton beberapa hari silam. Tapi agaknya saya tahu satu-dua hal tentang kamu, dan saya rasa nama sudah di luar hitungan. Jangan salahkan saya! Saya tidak meminta kelebihan khusus untuk membaca lebih dalam setiap kata-kata yang keluar dari mulutmu itu. Entah harus saya sebut apa, kelebihan, atau kutukankah.

Singkatnya, saya dikutuk untuk mengerti kamu melebihi porsi yang seharusnya. Dan saya pikir tidak ada satupun orang yang menyukai kutukan mereka, kecuali saya. Saya menikmati kutukan itu sebanyak saya menikmati susu hangat sebelum tidur, atau kopi pahit sebangun pagi. Saya menikmati beban itu sebanyak lusinan loyang brownies lezat yang disimpan di lemari pendingin selama dua hari, sebanyak sepasang sepatu baru dengan pita yang lucu, juga sebanyak saya menikmati bersantai seharian menonton film seri langganan.

Saya akan berdiri dan mengangkat tangan tinggi-tinggi, jika saja seseorang bertanya adakah orang yang berdamai dengan kutukan yang disandangnya. Saya sudah berdamai dengan kutukan itu sejak berhari-hari yang lalu. berbulan-bulan lalu, ketika pertama kalinya saya tahu siapa namamu. Dan sekarang, detik ini, saya terbiasa untuk jalan berdampingan dengan hal itu. Di mana setiap harinya akan saya temui lagi satu hal baru tentang kamu,

Seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar