Senin, 11 September 2017

Sebab Perang Telah Usai

Berjanjilah untuk melempar surat ini jauh ke dalam api tepat setalah kau selesai membacanya.
Lalu dengan seluruh kebahagiaan yang sekian lama terpenjara dalam tubuh mungilmu itu,
menangislah.


Sampaikan pada ayah bundamu, cintaku.
Perang telah merenggut seorang menantu.

Sampaikan bahwa aku mati dengan pedang tergenggam di tanganku. 
Berperang demi raja yang berjanji untuk menjaga makmurnya tanah kita.
Sampaikan bahwa aku menyimpan semua suratmu di saku dada.
Tepat di mana ujung tombak tajam tertanam sekian dalam.
Sampaikan bahwa aku mengingat tarikan bibirmu pada detik-detik terakhir hayat.
Senyummu merekah dari balik tumpukan jerami, di sebelah sumur dengan satu bak kentang yang hendak kau cuci.

Kau bisa mulai menangis sekarang, sayang. Kau boleh mulai berlutut di tanah dan mengutuk semua dewa yang pernah kau dengar namanya. Sungguh tidak satupun dari kita cukup berdosa untuk menerima nasib yang sedemikian rupa. Aku membunuh seorang prajurit yang tidak lebih tua dari adik bungsumu Joan. Aku memenggal seorang komandan yang rambutnya tidak lebih hitam dari ayahmu Jordan. Aku melihat pasukanku memerkosa seorang wanita penjual tiram yang tidak lebih muda dari ibumu Lea, dan aku tidak berbuat apa-apa. Kau harus mengerti bahwa Perang adalah iblis yang begitu kejam. Sebagian yang pergi tidak pernah pulang, sebagian lagi tidak cukup beruntung untuk mati dan harus kembali, hanya untuk pergi lagi memerangi orang yang bahkan tidak mereka kenal. Perang membuat aku akhirnya sadar, cintaku, hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan bersama seorang yang sama sekali kita tidak cinta. 

Tapi ibuku pernah berkata bahwa cinta hanyalah untuk anak-anak. Orang dewasa mengikat janji di depan dewa atas nama aliansi, emas, kekuatan, gelar, dan semua hal demi menghidupi nama keluarganya. "Kau adalah masa depan keluarga ini" ia bilang, "Kau akan menikahi seorang gadis yang belum pernah kau temui sebelumnya" ia bilang lagi, "Jika kau lebih beruntung dari Ibu, kau akan tumbuh mencintai istrimu itu kelak. Hingga tiba suatu waktu, kau tidak perlu lagi berpura-pura". 

Aku benar lebih beruntung dari Ibuku, cintaku. Tapi tampaknya kau tidak.
Dan Perang telah mengajarkanku apa yang harusnya ia ajarkan.
Hidup ini terlalu singkat, sayang.

Menangislah untuk yang terakhir kali,
Dan sampaikan ayah bundamu kabar ini,
Kematian telah memisah kita berdua,
Sungguh itulah satu-satunya perkara yang bisa mereka terima.


Sebab perang telah usai.

Sebab perang telah usai, sayang.
Dan aku tak ingin kembali pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar