Minggu, 23 Agustus 2015

Surat Pertama

Aku menemuimu lagi kemarin malam.

Lucu karena di antara semua jarak dan waktu yang sengaja aku ciptakan, kamu tetap menemukan jalan pintasmu sendiri. Menyusup diam-diam, dari balik selimut tebal dan bantal empuk. Menyebrang dari pulau orang-orang terjaga, lalu bermalam mendirikan tenda di ranah abstrak bawah sadar seseorang.

Ranah abstrakku berupa kapal pesiar tadi malam. Aku sendiri belum pernah memijak kaki ke sana. Semua terasa baru dan asing, cuma kamu yang hadir dalam balutan rasa familiar. Aneh, karena beberapa waktu ke belakang, di tanah orang-orang terjaga, kamu sudah bermetamorfosa menjadi sosok yang tidak bisa lagi aku terjemahkan bahasanya.

Kamu hadir untuk pertama kalinya tadi malam. Jarak terdekat kulit kita bahkan belum pernah berhasil membawa mu meninggalkan pulau itu, pulau orang-orang terjaga. Tapi sekarang, tadi malam, kamu berhasil menampakkan raga.

Orang bilang, kerinduan bisa menciptakan fenomema tersebut. Meski entah kerinduan pihak pertama ataupun pihak kedua. Tapi bukankah sama saja? Rindu buatku bukanlah hal yang kompleks. Rindu ya rindu. Tinggal dinikmati. Hal tersulit yang harus dihadapi adalah bagaimana merelakan rindu itu sendiri. Rindu bukan hal yang dengan mudah hilang seiring kalender berganti tanggal. Kamu mengerti, kan?

Atas nama jarak dan waktu yang sengaja aku cipta,
Aku merindukanmu.

Entah kenapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar