Jumat, 06 Desember 2013

Wahai mata

"Apa hal yang pertama kamu lihat waktu kamu melihat warna putih?"

Begitu tanya seorang teman, kemarin dulu. Dia bilang, saya hanya harus menuangkan apa yang saya lihat. Saya tahu semua mata itu berbeda. Apa yang saya lihat belum tentu sama di lain mata.

Karena mata adalah bagian paling emosional dari manusia, kata seseorang di masa lalu.

Saya penasaran. Adakah mata lain di luar sana yang sefrekuensi dengan mata saya? Sehingga kami bisa melihat hal-hal yang sama, tanpa perlu bicara panjang lebar sekedar menjelaskan tentang apa yang tertangkap oleh masing-masing mata. Saya mencari mata itu. Saya ingin bertemu, menatap, lalu menyelaminya. Memastikan setiap detail partikelnya, sampai saya temukan secuil mata saya dalam matanya. Lalu mencari tahu hal apa yang membuat mata kami ada di jendela yang sama.

Mungkin saja saya sudah bertemu mata itu, di persimpangan jalan, di trotoar, di kursi taman, di tangga, bahkan di bangku sebelah saya. Mungkin mata itu ada di sekitar saya. Mungkin mata itu tertanam dalam tubuh yang suaranya pernah sampai ke telinga saya. Mungkin mata itu pernah menatap mata saya, namun tak menyadari apa-apa karena tak tahu apa-apa juga saya soal dia.

Saya mencari kamu, wahai mata.
Mata saya ingin sekali bertemu teman yang sebangsa.
Saya ingin sekali bertemu orang yang semata.




Kerapuhan, itu hal yang pertama saya lihat pada warna putih.

5 komentar:

  1. Kalau aku kurang paham, jadi apa yang kurang kupahami? Tulisannya atau diriku kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya saya ga tau kak, kalo orang lain bisa paham kenapa kamip enggak? Atau iya kamip ga paham sama diri sendiri?

      Hapus
  2. Kan mataku berbeda frekuensi dengan mata lain. Jadi apa yang dimengerti mata lain, belum tentu dipahami oleh dua mata berharga ini... Mataku kah yang salah? Atau frekuensinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakalo sudah tau semua mata itu beda, kenapa kamip nanya salah enggaknya dari mata saya?

      Hapus
  3. Wait a minute... Kok jadi siapa ato apa yang salah ya? kan pertanyaan awalnya apa yang mataku ini kurang pahami? Haeuh, Miftah, Miftah...

    BalasHapus